Belum apa-apa sudah menang. Itulah barangkali anggapan sebagian orang kepada Presiden kita sekarang. Bagaimana tidak, tahapan pilpres saja belum dimulai, orang sudah menunjuknya sebagai calon pemenang pemilu presiden tahun ini. Mau tak mau beliau langsung menjadi seleberitis politik saat ini. Istilah umum, ada gula ada semut.
Rupanya semua itu adalah hasil dari upaya marketing yang dilakukan. Menurut Firmanzah, Dekan FE UI termuda (33 th), seperti ditulis dalam detik.com semua itu terjadi karena iklan SBY merupakan yang paling efektif dibanding yang lain.
Bisa kita lihat memang di seluruh media iklan-iklan yang cukup massif bertebaran. Semuanya mengungkap berbagai sisi keberhasilan yang diraih dalam masa pemerintahan. Sampai-sampai mengundang kecemburuan pihak lain. Terang saja, karena keberhasilan pemerintahan sejatinya adalah keberhasilan kolektif.
Sekarang ada lagi hal yang membuat orang curiga. Sebuah lembaga survey telah merilis hasil surveynya. Berdasar exit poll pemilu lalu dihasilkan, bahwa presiden kita akan dengan mudah melenggang ke kursi presiden untuk kedua kalinya. Tidak masalah siapapun pendampingnya ataupun lawannya. Seng ada lawan. Menang sebelum bertanding atau satria tanpa tanding namanya ?
Rupanya, jika merujuk pada teori marketing bisa ketemu sebuah metode promosi produk atau layanan. Metode ini ditujukan kepada sebuah produk atau layanan sebelum mulai dipasarkan. Produk atau layanan dimaksud haruslah memiliki ”efek wabah” yang memicu viral atau ”worth of mouth” alias promosi dari mulut ke mulut yang menyebabkan orang yang menerimanya ”klepek-klepek” nggak tahan (sumber di sini). Dan dikatakan di situ, bahkan cara ini memiliki daya mempengaruhi SERIBU KALI lipat lebih ampuh dari serangan seorang salesman. Mana tahan.
Maka apalagi dengan kondisi seorang yang masih ‘berkuasa’, memiliki berbagai fasilitas, akses mudah ke apapun, dan lain-lain hal yang saya juga tidak tahu, ditambah lagi dengan (ini kecurigaan sebagian orang saja) adanya dukungan dari lembaga survey yang ‘mengarahkan’ pilihan masyarakat, apalagi yang akan terjadi. Yang terjadi bukan hanya mulut ke mulut, tetapi lebih luas; mulut ke mulut, tivi ke mata dan telinga, koran ke mata, BLT dan Raskin ke masyarakat miskin, stimulus ke …… siapa lagi, banyak lagi yang lainnya. Sah-sah saja asal tidak melanggar aturan.
Akhirnya begitu produk meluncur di pasaran (atau bahkan jauh sebelumnya) langsung: “Buzzzzzzzz”. Langsung meledak!!!… Langsung mewabah!!!… Langsung menjalar ke mana-mana!!! seperti flu burung dan kolera (kata CROWD marketing).
Ini ada gambar lumayan menarik buat dilihat :
sumber asli di sini
No comments:
Post a Comment