Setelah Ramadhan berjalan hampir sepertiganya, adakah tayangan TV yang bermutu ? Tentu masyarakat pemirsa bisa menilai sesuai pendapat masing-masing. Tetapi secara umum barangkali kondisinya tidak terlalu jauh dari yang sudah terjadi sebelumnya. Sedikit di antaranya yang diakui benar-benar bisa disebut bermutu dan sesuai dengan nuansa Ramadhan.
Hal itu sudah diprediksi oleh Aktor Deddy Mizwar dalam sebuah seminar bertajuk ‘Mewujudkan Tayangan Bermartabat’ yang dilaksanakan sebelum Ramadhan. Beliau menegaskan perlunya penekanan dalam aspek hukuman terhadap tayangan televisi, termasuk program Ramadhan, yang dinilai melanggar aturan. Deddy mengakui selama ini KPI belumlah bertenaga untuk menangani kekuatan lembaga penyiaran publik. Lantaran itu, ia meminta KPI untuk lebih memperkuat posisi dengan penekanan aspek hukuman terhadap pelanggar aturan penyiaran publik.
Terkadang, alih-alih menyemarakkan ramadhan, tayangan-tayangan televisi justru jauh dari nilai-nilai Islam pada umumnya dan khususnya nilai yang dikandung oleh bulan Ramadhan. Tayangan sinetron religi yang secara substansi justru menampilkan wajah Islam dan atau umat islam yang lemah, jauh dari kesantunan, keluarga-keluarga Islam yang ditampilkan sebagai keluarga yang amburadul, suka bertengkar, ndeso atau tokoh-tokoh protagonis yang justru lemah, tidak berdaya. Atau, sinetron-sinetron yang ‘diubah’ nuansa Ramadhan dengan hanya mengganti pakaian menjadi lebih ‘Islami’ namun tak mengubah substansi. Sungguh, tayangan-tayangan sinetron kita tak lebih mengadopsi telenovela-telenovela yang laku manis dimasa lalu.
Belum lagi tayangan saat sahur berisi komedi-komedi yang hanya menampilkan goyonan-guyonan tidak bermutu, lawakan yang berisi ejekan, celaan, ironi, dan semacamnya. Tayangan sahur hanya dibuat untuk ‘sekedar’ mengusir kantuk. Belum lagi para ustadz yang diundang sebagai narasumber tak jarang justru lebih banyak diam dan terdominasi dengan banyolan-banyolan para selebritis yang menjadi bintang tamu. (sumber)
Belum lagi ketika sinetron atau acara Ramadhan di televisi sering diproduksi oleh mereka yang beragama non muslim. Hal ini, menurut Deddy Mizwar, yang akhirnya menyebabkan tidak utuhnya penyampian nilai-nilai Islam melalui tayangan yang ada. “Karena tidak digarap oleh orang-orang yang benar-benar memeluk agama Islam”, kata pemeran Naga Bonar ini, “jangan pernah menyalahkan jika ada tayangan-tayangan religius Islam yang tidak sesuai dengan ajaran Islam”.
Semua itu sebenarnya tidak terlepas dari masyarakat pemirsa sendiri. Kalau kita sebagai pemirsa tidak menonton acara-acara yang disebut tidak bermutu itu dengan sendirinya acara seperti itu hilang dari peredaran. Tetapi buktinya masih ada, maka berarti memang itu masih banyak diminati.
No comments:
Post a Comment