Setelah libur Idul Adha, hampir saja ketinggalan pesawat. Jadwal take off jam 19.30 bis Damri yang ditumpangi baru masuk terminal keberangkatan di bandara jam 19.00. Deg-degan. Tiketnya harus ditukar pula di tempat penukaran e-tiket. Untung si Mbak di tempat penukaran e-tiket memberitahukan supaya cepat-cepat ke salah satu counter chek in. Tergesa-gesa dan keringatan. Petugas chek in cuek pula mengarahkan ke counter lain, dan counter yang ditunjuk sibuk melayani pelanggan lain dengan tiket rombongan. Makinnya keringatan (emang enak dicuekin ?)
Akhirnya jam 19.15 selesai chek in. Langsung berlari bayar airport tax, kemudian langsung dipanggil untuk boarding. Setengah berlari, boarding, masuk pesawat. Barulah bisa bernafas lega. Alhamdulillah.
Tak diperkirakan sebelumnya, ternyata di perjalanan hujan lebat. Jalan di areal bandara juga sangat padat, macet. Itu yang menyebabkan perjalanan terhambat. Nyaris jadinya. Dan ternyata besoknya ada cerita orang yang seharusnya naik pesawat yang sama baru sampai ke bandara jam 19.45. Pesawatnya tumben pula tepat waktu. Jadinya yang bersangkutan baru bisa berangkat besok paginya dengan pesawat yang lain.
Bisa jadi itu salah satunya karena kebiasaan menunda-nunda. Supaya tidak terlalu lama menunggu di bandara berangkatnya nanti-nanti saja. Padahal terkadang kejadian di perjalanan di luar perhitungan. Dan ternyata selain hujan dan macet, bis pertama yang hendak ditumpangi waktu itu pun penuh, padahal biasanya tidak pernah seperti itu. Akibatnya harus menunggu bus berikutnya dengan jeda waktu lebih dari lima belas menit.
Serba salah jadinya. Mau berangkat cepat, kadang-kadang di bandara kelamaan. Luntang-lantung tidak karuan. Mepet, seperti tadi, beruntung masih bisa naik. Memang rupanya mepet-mepet sudah menjadi adat kebiasaan banyak orang.
No comments:
Post a Comment