Hari-hari ini kita menyaksikan penyerangan brutal Israel ke Gaza, Palestina. Berbagi berita tentang derita rakyat Palestina merasa perlu untuk dilakukan. Mulai Kemarin Israel pun melancarkan serangan darat dengan alasan mencari dan menghancurkan markas 'teroris'. Sungguh memilukan, aksi teror sebuah negara terhadap negara lainnya tidak mendapat sangsi apa-apa bahkan sepertinya didukung oleh Sang Polisi Dunia.
Konflik Israel-Palestina sendiri sudah terjadi sejak 60 tahun lalu. Pangkalnya adalah gerakan zionis di Israel yang menginginkan negara dari Sungai Nil sampai Sungai Eufrat. Palestina yang ingin melepaskan diri dari jajahan mereka pun dihambat. Padahal kalau kita lihat perkembangan wilayah Israel dan penyusutan wilayah Palestina sangatlah kontras (pada gambar di atas). Selama kurun kira-kira 60 tahun wilayah Palestina tinggal dua daerah berwarna hijau, Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Maka sebenarnya sebuah kewajaran adanya upaya meraih kemerdekaan yang dilakukan orang-orang Palestina. Hamas, yang merupakan organisasi paling aktif dalam melawan agresi Isreal, mendapat dukungan cukup kuat di kalangan penduduk di sana dan bahkan pada pemilu terakhir mereka meraih kemenangan. Kemenangan yang kelanjutannya kita sudah tahu, diambil paksa oleh pihak-pihak penentangnya, baik dari dalam maupun luar negeri. Parahnya lagi, Hamas pun disebut sebagai salah satu organisasi teroris, yang berarti sah-sah saja dimusnahkan dari muka bumi ini.
Wallahu a'lam, penyerangan yang terjadi sekarang ini rupanya terkait juga dengan kekhawatiran akan peningkatan popularitas Hamas dalam pemilu yang akan datang. Sekaligus juga upaya meraih popularitas para tokoh politik Israel di mata masyarakatnya. Yang jelas bulan Pebruari nanti adalah waktu dilaksanakannya Pemilu di Israel. Dengan adanya penyerangan ke Jalur Gaza kelompok garis keras kini mendapat simpati lebih banyak dari pada kelompok yang lebih moderat.
Nampak jelas standar gandanya di sini, mereka menginginkan dunia Arab dipimpin oleh golongan yang moderat, sementara Israel justru melakukan upaya radikal dan ekstrim untuk meraih simpati rakyatnya. Tanya kenapa ?
Bagaimana Amerika Serikat dan Barrack Obama ? Eric S. Margolis, penulis, kolumnis sindikasi urusan luar negeri, broadcaster, dan veteran koresponden peperangan, menyebutkan, dengan serangan yang dilakukan Israel ini, mereka sudah mem-fait accompli Sang Presiden baru bahkan sebelum dia menduduki kursi kepresidenannya. Sekarang Israel yang memegang kendali permainan. Sang Presiden baru hanya bisa mengikuti apa yang sudah dijalankan. Dan ini imbalan atas dukungan lobby Yahudi dalam pemilihan presiden yang lalu.
No comments:
Post a Comment