Tidak bisa disangkal bahwa harga perangkat lunak itu mahal. Baik yang berupa system operasi atau aplikasi lain semuanya cukup bisa membuat kantong menipis. Jadinya banyak diantara pengguna yang memilih versi bajakan dari pada versi aslinya. Wajar saja, apalagi saat sekarang ini, untuk pemenuhan kebutuhan dasar saja cukup berat. Open Source, aplikasi yang tidak berbayar bisa menjadi alternatif.
Pengembang open source sendiri kini sudah memiliki sebuah komunitas, Asosiasi Open Source Indonesia disingkat AOSI. AOSI merupakan asosiasi yang menghimpun berbagai organisasi yang bergeliat di bidang open source. Asosiasi yang mulai didirikan pada tanggal 30 Juni 2008 tersebut, memiliki visi meningkatkan pengguna Open Source di Tanah Air.
Nampaknya perlu sosialisasi lebih banyak dalam pengembangan dan penggunaan open source ini. Di benak orang awam, seperti saya misalnya, open source dianggap aplikasi yang tidak canggih. Open source akan menjadi pilihan ke sekian dibanding yang paten, meskipun bisa jadi bukan produk asli juga yang digunakan.
Penghematan dari berbagai segi, ternyata bisa didapatkan melalui penggunaan open source ini. Sebagai misal bidang ristek saja dikabarkan dapat menghemat 60 % jika menggunakannya. Faktor biaya untuk pembelian lisensi jelas akan berkurang secara signifikan.
Dalam rangka menggalakan penggunaan open source di kalangangan masyarakat, AOSI menggunakan lima indikator sebagai penentu keberhasilan mereka :
- Mendapatkan citra yang positif di masyarakat.
- Tersedia produk dan jasa Open Source
- Adopsi Open Source semakin meningkat
- Terbentuknya ekosistem Open Source yang saling menguntungkan
- Pendidikan TI di sekolah menggunakan Open Source
Kita sebagai pengguna rasa-rasanya senang sekali kalau saja ada aplikasi yang sifatnya gratis. Ditambah lagi dengan ditunjang
kualitas yang mumpuni. Yakin, anak bangsa akan dapat menghasilkan karya-karya yang tidak kalah dengan produk asing. Buktinya sudah banyak mereka yang berhasil memenangkan lomba bidang TI di mancanegara. Dukungan pemerintah pun tidak kalah penting dalam hal ini. Ayo Pak Tifatul, Harapan itu selalu ada.
No comments:
Post a Comment