Salah satu makanan khas dari Jawa Barat adalah lotek. Orang sering menyamakannya dengan gado-gado. Sebenarnya, menurut saya, tidak sama. Bahan-bahannya bisa saja sama, tetapi ada kekhasan yang berbeda. Apa itu ? Nah itu dia apa bedanya, saya juga tidak tahu. Tahunya ya makan lotek enak. Disuguhi gado-gado enak juga. Prinsipnya ada bumbu kacangnya, jadi enak.
Bumbu lotek sebenarnya biasa-biasa saja. Ada kacang tanah, garam, gula, asam, cengek (cabe rawit), dan ada juga yang pake terasi. Ada juga yang ditambahi bawang goreng bulat untuk diulek bareng-bareng dengan bahan lainnya. Meskipun bumbunya sama, pasti rasa akan berbeda ketika orang yang menguleknya beda. Mungkin ada kaitannya dengan tingkat kekuatan ulekan atau putaran ulekannya atau entah apa lagi yang mempengaruhi.
Pengalaman menunjukan, meskipun bahan-bahannya sama persis, jika saya yang mengulek pasti rasanya berbeda. Yang jelas rasanya menjadi tidak seenak hasil ulekan sang isteri. Heran juga, padahal rasanya sudah dibuat sebagus dan semulus mungkin ulekannya dan hasilnya rasanya seperti tadi. Entah apa yang terjadi. Padahal lagi saya asli urang Sunda dan isteri bukan (gak ada hubungannya kali).
Untuk sayurannya bisa sangat variatif. Kalau waktu kecil dulu lotek seringnya berisi rebusan kacang panjang, waluh, kangkung, atau bayam. Kadang-kadang menggunakan genjer (saya lupa apa bahasa indonesianya), sayur yang memiliki julukan mereka kembali. Sebab biasanya ketika keluar sebagai (maaf) kotoran bentuknya tidak berubah. Konon karena kita tidak memiliki enzim yang mampu menghancurkan sayuran itu. Sekarang bisa sangat bermacam-macam, wortel, tauge, kol, dan banyak lagi yang lainnya.
Sebenarnya lotek bisa menjadi sarana untuk memberi asupan sayur yang cukup baik bagi anak-anak yang umumnya susah makan sayuran. Repotnya kalau anaknya juga tidak suka lotek. Maka perlu dibuat agar lotek menarik minat dan selera anak-anak.
Ngomong-ngomong lotek, ternyata sekarang agak susah juga mencari penjual lotek di sekitar rumah di kampung. Yang ada lotek menjadi barang mewah dan dijual di rumah makan yang terkadang harganya tidak bisa dibilang murah. Untuk alasan praktis seringnya juga ketika rindu lotek biasanya mencari bumbu pecel instan yang tinggal dicairkan dengan air panas. Lalu dicampur dengan sayuran yang sudah direbus. Bukan lotek lagi dong namanya, pecel jadinya.
Justru di perantauan sekarang, Palembang, ada penjual gado-gado dekat kantor dan dekat tempat tinggal, walaupun bukan lotek tapi mirip. Lumayan buat pengobat rindu lotek dan kampung halaman.
Lotek…… loteekk…… bararade lotek……
No comments:
Post a Comment